Senin, 09 Juni 2014

Aku Menempuh Ribuan Langkah Berkerikil



Memiliki impian untuk menjadi penulis membuat saya berupaya melakukan banyak hal menuju impian itu. Saya membaca semakin banyak. Saya ikut berbagai pelatihan, dan bahkan mencoba ikut aktif dalam organisasi jurnalistik. Sayangnya, lagi-lagi saya terbentur aturan dari mama. Saya tidak boleh pulang malam. Harus membantu di butik yang mama kelola, dan sejumlah aturan lainnya yang saya biarkan menjadi belenggu bagi diri saya.

Sejujurnya setelah saya pikir lagi, saya sebenarnya bisa menyiasati ini. Sayalah yang kurang keras berusaha. Sayalah yang tidak memiliki disiplin diri. Sayalah yang tidak taktis dalam menghadapi situasi.

Intinya sekali lagi, jalan itu kembali berhadapan dengan jurang tanpa jembatan yang terlihat di hadapan saya. Saya lupa bahwa bisa jadi saya hanya perlu melewati sedikit jalur memutar untuk menemukan jembatan kokoh dan melewati jurang tersebut.


Ada sejumlah pelatihan yang sempat saya ikuti dalam mengasah kemampuan menulis saya. Seperti Training of Recruitment FLP, Diklat Dasar Jurnalistik, dan bahkan meminta agar dimentoring khusus oleh salah seorang senior yang tulisan-tulisannya sangat menarik untuk dibaca. Namun pada akhirnya saya tetaplah gagal. Dan saya sadari bahwa ini karena saya sendiri yang gampang menyerah.

Kini di Kota Bandung tempat saya hidup sendirian demi menyelesaikan studi, impian tersebut mulai menemukan celahnya. Mencuat dan melambai penuh makna di hadapan saya. Bermula dari keberanian saya menghadisi Kopdar Klub Buku Indonesia, hingga akhirnya bisa ikut berkontribusi dalam Antologi Cinta mereka meski hanya dalam bentuk puisi dan tanpa disebutkan profil saya sama sekali di dalamnya (^_^). Kemudian mendapat kesempatan membantu penulisan beberapa naskah untuk kegiatan Komunitas Aleut. Memang tanpa dibayar, dan tidak diterbitkan. Namun melalui kegiatan menulis ini, saya belajar banyak tentang sistematika menulis meskipun masih sangat minim dan perlu belajar lebih banyak lagi. Nama saya kembali muncul dalam sebuah buku sebagai kontributor dari buku “Lebih Dekat dengan Karel Albert Rudolf Bosscha”. Tulisan yang dimasukkan dalam buku ini lebih seperti sebuah laporan perjalanan yang sebelumnya sempat saya posting di blog. Tapi alhamdulillah saya sudah senang. Ini membangun rasa percaya diri saya dalam menulis.

Dan kini saya tengah mengikuti 2 pelatihan menulis sekaligus. Pertama yakni “Kelas Menulis Feature” di Tobucil yang pengajar dari AJI (Aliansi Jurnalis Indonesia) dan “Akademi Bercerita” yang digagag oleh Bentang Pustaka.

Karena itu, cerita yang akan saya bagi sekarang akan penuh dengan curhatan saya tentang proses belajar ini. Tulisan ini mungkin tidak akan berhenti hanya di 30 Hari Bercerita yang harus saya lewati bersama teman-teman di Akademi Bercerita Bandung, tapi juga tentang kekalutan saya dalam menyelesaikan tugas akhir yang sudah lama saya biarkan terbengkalai (>_<)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar